Keraton Ngayogyakarta
- AlHarits (Feature)
- Dec 6, 2017
- 2 min read
Keraton Ngayogyakarta adalah salah satu keraton yang masih aktif di Indonesia, dimana pemimpinnya adalah seorang Sultan Hamengku Buwana yang sekarang telah mencapai generasi ke sepuluh. Keraton ini terletak di pusat kota Yogyakarta, dapat dipastikan aksesnya sangatlah mudah. Perjalanan cukup singkat dengan bus trans jogja yang saya naiki dari halte Kopma UGM, sekitar dua puluh menit saya tiba di halte Vredeburg, halte paling dekat dengan Keraton. Selanjutnya cukup berjalan kaki sekitar dua ratus meter ke arah selatan maka sampailah di Keraton.
Kesekian kalinya saya berkunjung ke Keraton
Ngayogyakarta, pembangunan infrastruktur, fasilitas publik berkembang dengan cukup baik, tarif yang murah Rp.5000,00/ orang dewasa, dengan kekayaan budaya yang ditawarkan menjadikan Keraton ini tidak pernah sepi dari pengunjung, teruntuk para pelajar dan mahasiswa yang ingin menambah wawasan akan adat budaya Keraton atau hanya sekedar keluar dari rutinitas. Relief bangunan khas Kerajaan Keraton dan segala bentuk hiasan seperti patung, gapura, pendopo, dan lain sebagainya memiliki nilai filosofi yang unik dan bernilai sejarah tinggi.
Wisatawan dapat berfoto dengan membayar biaya foto sebesar Rp1.000,00 saja untuk satu kamera. Namun perlu diingat, tidak semua tempat di kawasan Keraton yang boleh difoto, contohnya adalah museum Batik yang berada di dalam Keraton dengan tujuan agar barang yang dipajang di museum tersebut terjaga keasliannya dan meminimalisir pemalsuan.
Mengingat Keraton memiliki “Abdi Dalem” sebagai pelayan raja maupun tamu, hospitality dalam pelayanan sangat diperhatikan, bahkan untuk saat ini Pengelola memiliki standar dan terdapat seleksi bagi calon “Abdi Dalem”. “Abdi Dalem” memiliki tingkatan gelar berdasarkan kemampuan, tanggung jawab, serta masa jabatan. Dapat dipastikan para pegawai di Keraton bukan orang sembarangan, termasuk guide yang cukup profesional dan tanpa mematok tarif alias dibayar seikhlasnya.
Sebagai wisata berbasis sejarah, tourism life cycle Keraton ini berada pada tingkatan stagnan. Itu artinya atraksi yang disajikan untuk menarik pengunjung tidak berkembang dan belum ada inovasi mengingat sulitnya perubahan pembangunan di Keraton karena secara keseluruhan tempat tersebut termasuk dalam cagar budaya. Walau begitu tidak jarang turis mancanegara yang dapat kita temui di Keraton Ngayogyakarta karena geographic level di Keraton ini adalah internasional.
Akhir perjalanan saya, di pintu keluar menuju parkiran yang berada sebelah timur Keraton terdapat banyak masyarakat yang menjual aksesoris, cindera mata seperti blangkon, batik, gelang bambu, kerajinan anyaman, dan lain sebagainya. Sehingga pengunjung tidak perlu bingung mencari buah tangan setelah berkunjung ke Keraton.
-Travelogue Feature
Commentaires